Obat Alami Hepatitis B dan C - Hepatitis adalah penyakit hati yang sangat serius. Diperkirakan terdapat 20 juta orang yang mengidap hepatitis B dan C di Indonesia. Penyakit hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Penyakit hepatitis dikategorikan ada beberapa golongan, diantaranya : Hepatitis A,B,C,D,E,F dan G. Di indonesia penyakit hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan C.
Sebagian besar hepatitis tidak menunjukkan gejala sampai 20-30 tahun perjalanan penyakit. Selama waktu itu, infeksi secara perlahan menggerogoti hati seseorang sehingga dapat menyebabkan sirosis atau kanker hati. Sampai saat ini belum ada obat alami yang terbukti secara ilmiah menyembuhkan hepatitis. Namun, beberapa tanaman herbal berikut menurut penelitian cukup menjanjikan sebagai obat alami hepatitis:
1. Milk Thistle (Silybum marianum)
Harap diingat bahwa milk thistle tidak menyembuhkan hepatitis, tetapi hanya mencegah kerusakan dan memperbaiki fungsi hati pada pasien dengan sirosis. Di Jerman, di mana obat herbal diregulasi seperti obat-obatan medis, otoritas kesehatan telah menyetujui milk thistle sebagai pengobatan komplementer untuk sirosis, hepatitis, dan gangguan hati lainnya. Milkt thistle dapat diperoleh secara mudah lewat produk-produk luxor.
Milk thistle berasal dari Eropa. Buah tanaman ini dipercaya para ahli mengandung zat yang disebut silymarin. Studi pada hewan menunjukkan bahwa silymarin berkhasiat:
2. Akar licorice (Glycyrrhiza glabra)
Akar licorice dapat digunakan untuk mengelola efek hepatitis pada hati karena mengandung asam glycyrrhizin yang bersifat antivirus dan anti-inflamasi. Asam ini menimbulkan rasa manis pada licorice (50 kali lebih manis daripada gula) dan berfungsi mirip dengan hormon alami tubuh, aldosteron, yang mengatur garam dan air dalam tubuh.
Glycyrrhizin telah digunakan di Jepang selama lebih dari 20 tahun sebagai obat untuk hepatitis kronis. Dalam sebuah penelitian di tahun 1998, para peneliti melaporkan bahwa pengobatan dengan glycyrrhizin bisa memperbaiki fungsi jaringan hati yang telah rusak akibat hepatitis. Sebuah percobaan 1997 juga menunjukkan bahwa glycyrrhizin membantu mencegah perkembangan kanker hati pada pasien dengan hepatitis C kronis.
Sayangnya, akar licorice memiliki potensi efek samping. Jika diminum secara teratur (lebih dari 3 gram akar licorice per hari selama lebih dari 6 minggu atau lebih dari 100 miligram glycyrrhizin sehari), herbal ini berpotensi menyebabkan tekanan darah tinggi, retensi natrium dan air, kadar natrium rendah dalam aliran darah, deplesi kalsium, dan gangguan kesimbangan elektrolit dalam tubuh. Tanda dan gejala konsumsi akar licorice yang berlebihan termasuk sakit kepala, lesu, bengkak pergelangan kaki, dan bahkan gagal jantung atau serangan jantung (jantung tiba-tiba berhenti berdenyut). Orang yang memiliki glaukoma, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan hemokromatosis harus menghindari licorice.
3. Ginseng (Panax quinquefolius/Panax ginseng)
Terdapat dua jenis ginseng yaitu ginseng Amerika (Panax quinquefolius) dan ginseng Asia (Panax ginseng) yang berasal dari Cina, Jepang, dan Korea.Tes pada hewan dan manusia menunjukkan ginseng bisa membantu menaikkan sistem imunitas (kekebalan) tubuh. Pengujian pada hewan juga menunjukkan ginseng dapat membantu memperbaiki cara kerja hati dan mengurangi kerusakan jaringan hati yang disebabkan oleh hepatitis. Namun, penelitian mengenai manfaat ginseng untuk hepatitis masih terbatas.
4. Jahe (Zingiber officinale)
Sejak 2.500 tahun yang lalu, pengobatan tradisional Cina sudah menggunakan jahe untuk mengobati mual. Beberapa penelitian telah mengkonfirmasi manfaat jahe untuk mengurangi mual. Tanaman ini dapat meredakan rasa mual dan muntah yang disebabkan oleh terapi obat pada pasien hepatitis. Selain murah dan banyak tersedia, jahe diketahui aman dan tidak menyebabkan efek samping yang serius.
5. Teh hijau (Camellia sinensis)
Teh hijau mengandung catechin berdosis tinggi. Teh hitam, yang telah mengalami proses fermentasi, mengandung konsentrasi catechin yang lebih rendah ang bersifat antioksidan dengan kemampuan menstabilkan membran sel. Sifat melindungi catechin terhadap hati mirip dengan milk thistle.
Eksperimen terhadap tikus yang memiliki kerusakan sel hati menunjukkan efek melindungi hati yang diberikan oleh catechin. Namun, kebanyakan studi pada manusia gagal untuk menunjukkan hasil yang sama. Dosis yang digunakan pada manusia adalah 20-40 mg per kg berat badan/hari dibandingkan dengan 200 mg per kg/hari yang digunakan pada tikus. Hal ini mengindikasikan bahwa dosis yang lebih tinggi harus digunakan pada manusia agar menuai manfaat teh hijau untuk perlindungan hati. Namun, efek samping yang menyertai dosis tinggi membuat pendekatan semacam itu tidak praktis. Efek samping teh hijau dosis tinggi adalah demam, hemolisis (kerusakan sel darah merah), dan urtikaria (ruam alergi).
6. Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit adalah bumbu dapur yang cukup banyak pemakaiannya. Selama ribuan tahun, kunyit telah digunakan oleh praktisi pengobatan Ayurweda sebagai obat untuk penyakit hati. Komponen aktif kunyit adalah kurkumin yang berkhasiat antioksidan. Dalam penelitian pada hewan percobaan, kunyit terlihat menghambat kerusakan hati dari aflatoksin dan racun hati lainnya. Karena kunyit adalah bumbu utama pada kari India, mungkin itulah sebabnya penduduk India memiliki insiden penyakit hati terendah di dunia. Namun hal ini perlu pembuktian lebih lanjut.
7. Lada Hitam (Piper nigrum)
Lada hitam mengandung zat aktif yang disebut piperin. Dalam penelitian pada tikus, piperin terlihat dapat mengurangi efek merusak racun pada hati. Hal ini terutama karena sifat antioksidan pada piperin. Belum ada studi yang membandingkan perbedaan penyakit hati pada orang yang mengonsumsi lada dengan mereka yang tidak.
Sebagian besar hepatitis tidak menunjukkan gejala sampai 20-30 tahun perjalanan penyakit. Selama waktu itu, infeksi secara perlahan menggerogoti hati seseorang sehingga dapat menyebabkan sirosis atau kanker hati. Sampai saat ini belum ada obat alami yang terbukti secara ilmiah menyembuhkan hepatitis. Namun, beberapa tanaman herbal berikut menurut penelitian cukup menjanjikan sebagai obat alami hepatitis:
1. Milk Thistle (Silybum marianum)
Harap diingat bahwa milk thistle tidak menyembuhkan hepatitis, tetapi hanya mencegah kerusakan dan memperbaiki fungsi hati pada pasien dengan sirosis. Di Jerman, di mana obat herbal diregulasi seperti obat-obatan medis, otoritas kesehatan telah menyetujui milk thistle sebagai pengobatan komplementer untuk sirosis, hepatitis, dan gangguan hati lainnya. Milkt thistle dapat diperoleh secara mudah lewat produk-produk luxor.
Gambar dari medicalboox.com |
- mempromosikan pertumbuhan beberapa jenis sel hati.
- antioksidan yang membantu melawan proses oksidasi. Dalam oksidasi, zat berbahaya yang disebut radikal bebas dapat bertindak merusak sel-sel. Beberapa studi menunjukkan silymarin mencegah kerusakan sel-sel hati oleh radikal bebas.
- menghalangi berbagai jenis racun agar tidak masuk dan merusak sel-sel hati.
- mencegah peradangan hati (bersifat anti-inflamasi).
Efek menguntungkan dari silymarin terutama terlihat pada pasien dengan sirosis akibat penyalahgunaan alkohol. Belum ada laporan bahwa pasien akan mengalami efek samping dari pengobatan silymarin.
- antioksidan yang membantu melawan proses oksidasi. Dalam oksidasi, zat berbahaya yang disebut radikal bebas dapat bertindak merusak sel-sel. Beberapa studi menunjukkan silymarin mencegah kerusakan sel-sel hati oleh radikal bebas.
- menghalangi berbagai jenis racun agar tidak masuk dan merusak sel-sel hati.
- mencegah peradangan hati (bersifat anti-inflamasi).
Efek menguntungkan dari silymarin terutama terlihat pada pasien dengan sirosis akibat penyalahgunaan alkohol. Belum ada laporan bahwa pasien akan mengalami efek samping dari pengobatan silymarin.
2. Akar licorice (Glycyrrhiza glabra)
Akar licorice dapat digunakan untuk mengelola efek hepatitis pada hati karena mengandung asam glycyrrhizin yang bersifat antivirus dan anti-inflamasi. Asam ini menimbulkan rasa manis pada licorice (50 kali lebih manis daripada gula) dan berfungsi mirip dengan hormon alami tubuh, aldosteron, yang mengatur garam dan air dalam tubuh.
Glycyrrhizin telah digunakan di Jepang selama lebih dari 20 tahun sebagai obat untuk hepatitis kronis. Dalam sebuah penelitian di tahun 1998, para peneliti melaporkan bahwa pengobatan dengan glycyrrhizin bisa memperbaiki fungsi jaringan hati yang telah rusak akibat hepatitis. Sebuah percobaan 1997 juga menunjukkan bahwa glycyrrhizin membantu mencegah perkembangan kanker hati pada pasien dengan hepatitis C kronis.
Sayangnya, akar licorice memiliki potensi efek samping. Jika diminum secara teratur (lebih dari 3 gram akar licorice per hari selama lebih dari 6 minggu atau lebih dari 100 miligram glycyrrhizin sehari), herbal ini berpotensi menyebabkan tekanan darah tinggi, retensi natrium dan air, kadar natrium rendah dalam aliran darah, deplesi kalsium, dan gangguan kesimbangan elektrolit dalam tubuh. Tanda dan gejala konsumsi akar licorice yang berlebihan termasuk sakit kepala, lesu, bengkak pergelangan kaki, dan bahkan gagal jantung atau serangan jantung (jantung tiba-tiba berhenti berdenyut). Orang yang memiliki glaukoma, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan hemokromatosis harus menghindari licorice.
3. Ginseng (Panax quinquefolius/Panax ginseng)
Terdapat dua jenis ginseng yaitu ginseng Amerika (Panax quinquefolius) dan ginseng Asia (Panax ginseng) yang berasal dari Cina, Jepang, dan Korea.Tes pada hewan dan manusia menunjukkan ginseng bisa membantu menaikkan sistem imunitas (kekebalan) tubuh. Pengujian pada hewan juga menunjukkan ginseng dapat membantu memperbaiki cara kerja hati dan mengurangi kerusakan jaringan hati yang disebabkan oleh hepatitis. Namun, penelitian mengenai manfaat ginseng untuk hepatitis masih terbatas.
4. Jahe (Zingiber officinale)
Sejak 2.500 tahun yang lalu, pengobatan tradisional Cina sudah menggunakan jahe untuk mengobati mual. Beberapa penelitian telah mengkonfirmasi manfaat jahe untuk mengurangi mual. Tanaman ini dapat meredakan rasa mual dan muntah yang disebabkan oleh terapi obat pada pasien hepatitis. Selain murah dan banyak tersedia, jahe diketahui aman dan tidak menyebabkan efek samping yang serius.
5. Teh hijau (Camellia sinensis)
Teh hijau mengandung catechin berdosis tinggi. Teh hitam, yang telah mengalami proses fermentasi, mengandung konsentrasi catechin yang lebih rendah ang bersifat antioksidan dengan kemampuan menstabilkan membran sel. Sifat melindungi catechin terhadap hati mirip dengan milk thistle.
Eksperimen terhadap tikus yang memiliki kerusakan sel hati menunjukkan efek melindungi hati yang diberikan oleh catechin. Namun, kebanyakan studi pada manusia gagal untuk menunjukkan hasil yang sama. Dosis yang digunakan pada manusia adalah 20-40 mg per kg berat badan/hari dibandingkan dengan 200 mg per kg/hari yang digunakan pada tikus. Hal ini mengindikasikan bahwa dosis yang lebih tinggi harus digunakan pada manusia agar menuai manfaat teh hijau untuk perlindungan hati. Namun, efek samping yang menyertai dosis tinggi membuat pendekatan semacam itu tidak praktis. Efek samping teh hijau dosis tinggi adalah demam, hemolisis (kerusakan sel darah merah), dan urtikaria (ruam alergi).
6. Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit adalah bumbu dapur yang cukup banyak pemakaiannya. Selama ribuan tahun, kunyit telah digunakan oleh praktisi pengobatan Ayurweda sebagai obat untuk penyakit hati. Komponen aktif kunyit adalah kurkumin yang berkhasiat antioksidan. Dalam penelitian pada hewan percobaan, kunyit terlihat menghambat kerusakan hati dari aflatoksin dan racun hati lainnya. Karena kunyit adalah bumbu utama pada kari India, mungkin itulah sebabnya penduduk India memiliki insiden penyakit hati terendah di dunia. Namun hal ini perlu pembuktian lebih lanjut.
7. Lada Hitam (Piper nigrum)
Lada hitam mengandung zat aktif yang disebut piperin. Dalam penelitian pada tikus, piperin terlihat dapat mengurangi efek merusak racun pada hati. Hal ini terutama karena sifat antioksidan pada piperin. Belum ada studi yang membandingkan perbedaan penyakit hati pada orang yang mengonsumsi lada dengan mereka yang tidak.